MERAWAT KECERAHAN FURNITUR ROTAN DI TENGAH CUACA EKSTREM
Layana Indah merupakan salah satu kelurahan
yang terletak di Kecamatan Mantikulore, Kota Palu. Awal terbentuknya masyarakat
Layana Indah yaitu pada tahun 1989-1990, Presiden Soeharto memberangkatkan
sekitar 300 kepala keluarga untuk menjadi transmigran di daerah tersebut. Pada
umumnya, transmigran tersebut berasal dari Pulau Jawa yang merupakan pelaku
industri kecil rumah tangga dengan produksi utama berupa kerajinan tangan, kompor,
oven, meubel hingga gitar.
Penempatan transmigran pada setiap wilayah
yang dilakukan oleh Presiden Soeharto saat itu sangat sesuai dengan kondisi
daerah tersebut. Mengingat produksi rotan Sulawesi Tengah, berdasarkan data
Dinas Kehutan Provinsi Sulawesi Tengah yang berasal dari delapan kabupaten atau
kota mencapai 19.697,31 ton. Adapun delapan kabupaten atau kota tersebut yaitu
Kota Palu, Kabupaten Donggala, Parigi Moutong, Poso, Tojo Unauna, Banggai,
Morowali, dan Buol. Kota Palu sendiri tercatat sebagai pusat produksi rotan
terbesar yaitu sekitar 8.428,3780 ton. Terdapat 38 jenis rotan di Sulawesi
Tengaah yang secara potensial dapat dimanfaatkan, meski saat ini baru sekitar
tujuh jenis yang telah dikomersilkan.
Meski Sulawesi Tengah
dikenal sebagai sentra rotan alami, namun faktanya industri rotan di Palu
justru sedang lesu. Ketua Asosiasi Pengusaha Mebel Indonesia (Asmindo)
Palu, Efendi menyebutkan pemicunya utamanya adalah Peraturan Menteri
Perdagangan no. 35/2011 tentang pelarangan ekspor rotan mentah dan setengah
jadi. Dari aturan ini pula menyebabkan kurangnya pasaran kerajinan rotan dan
sulitnya mendapatkan
tenaga kerja terampil.
Sejak aturan ini
keluar, industri rotan di Palu gulung tikar, meski ada juga yang bertahan dalam
kondisi sekarat. “Dari tiga pabrik yang ada, dua terpaksa tutup. Di tingkat
petani pun, yang biasanya mengambil rotan sekitar 70-80 kilogram per hari, kini
rata-rata hanya 40 kg,” kata Efendi. “Padahal dulu biasa rotan dikirim ke
Cirebon dan Surabaya. ”Menurut Efendi, pelarangan ekspor rotan mentah dan setengah
jadi membuat gairah petani rotan hilang. Akibatnya, pasokan untuk industri
berkurang. Bahkan, kondisi yang tidak menguntungkan ini makin buram dengan
adanya kebijakan resi (stocking) gudang
tahun 2012 yang awalnya dianggap sebagai solusi sebelum rotan dikirim ke luar
daerah.
Dihubungi terpisah,
Jusupta Tarigan, Direktur Eksekutif Non-Timber Forest Products –
Exchange Programme Indonesia (NTFP-EP), menuturkan apa
yang terjadi di Palu merupakan gambaran menyeluruh kondisi rotan di Sulteng. Menurutnya, SK
Menteri Perdagangan no. 35/2011 tentang larangan rotan harus ditinjau ulang.
Awalnya, tujuan utama pemerintah melindungi rotan alam Indonesia agar tidak
habis diekspor dalam bentuk mentah adalah untuk “penyelamatan”
industri pengolah rotan yang ada di Cirebon dan Surabaya.
Menurutnya, sejak regulasi diluncurkan, para petani sudah tidak lagi
bernafsu mengusahakan rotan. Bagaikan efek negatif domino, pasokan rotan dari
Sulteng merosot drastis. “Kondisi ini terlihat di Desa
Namo, Kecamatan Kulawi, Kabupaten Sigi, yang sudah hampir lima tahun tidak
memanen rotannya karena tidak ada pedagang yang mau beli,” imbuhnya. Sebagaimana
Efendi, Jusupta pun menilai Pemerintah perlu memikirkan ulang kebijakan ekspor
mentah rotan.
Jika para pengusaha mempersoalkan regulasi yang telah membuat lesunya
industri rotan, aktivis lingkungan asal Palu justru melihat dari pasaran
kerajinan rotan dan tenaga ahli yang terampil. Para
perajin rotan di Palu, Sulawesi Tengah, selama ini tidak pernah mengalami kesulitan
mendapatkan bahan baku karena daerah itu termasuk produsen rotan terbesar di
Pulau Sulawesi.
"Kendala utama kami adalah
keterbatasan pasar," kata Jamaluddin (48), ketua Forum Perajin Rotan Kota
Palu, Sabtu. Ia mengatakan rotan banyak tersebar di seluruh kawasan
hutan di Sulteng. Menurut dia,
yang paling diperlukan para perajin rotan adalah pasar.
Ia berharap pemerintah dapat membantu
mencarikan pasar untuk menampung sekaligus memasarkan hasil-hasil produksi para
perajin.
Para pengusaha industri rotan di Kota
Palu mengaku masalah lain yang paling penting pada industri kerajinan rotan
adalah sangat sulitnya mendapatkan tenaga kerja terampil sehingga belum satupun
yang berani menerima tawaran kontrak pengadaan mebel dalam jumlah besar secara
rutin setiap bulan. "Kami tidak berani menerima tawaran kerja sama
dengan pengusaha besar dari Jawa, karena kami tidak bisa menjamin kontinuitas
produksi sebab sangat sulit mendapatkan tenaga kerja terampil,"kata
Jamaluddin.Ia menyebutkan bahwa di Kota Palu yang mulai 2013 ini
ditetapkan menjadi pusat inovasi rotan nasional (PIRNas), terdapat sekitar 25
perajin rotan yang sudah punya pengalaman, namun tenaga yang dimiliki hanya
sekitar tiga sampai lima orang setiap perusahaan.
"Kalau tenaga ini tersedia, maka
Kota Palu benar-benar akan bisa tampil sebagai pusat inovasi rotan nasional dan
menjadi penyedia utama produk-produk mebel rotan yang dibutuhkan dan laku di
pasar global," ujarnya.
Masalah pada usaha furnitur rotan di
Layana Indah begitu kompleks mulai dari regulasi maupun masalah turunan seperti
pasaran dan tenaga terampil. Kondisi ini bagaikan merawat kecerahan furnitur
rotan ditengah cuaca ekstrem.
Namun,
cahaya itu kembali muncul pada masyarakat Layana Indah. Setelah Kelurahan
Layana Indah dicanangkan sebagai Kampung Berseri Astra. Pencanangan itu
dilakukan pada acara pembukaan Kampung Berseri Astra tahun 2017 di Layana
Indah, Kamis (4/5/2017) pagi. Riza Deliansyah, Head of Environment and Social
Reponsibility PT Astra International Tbk mengatakan, setidaknya ada empat pilar
yang menjadi sentuhan PT Astra International Tbk di Kampung Berseri Astra ini
yakni pendidikan, kesehatan, lingkungan dan UMKM. “Keinginan kita, warga Layana
Indah ini sehat, cerdas, lingkungannya asri serta pendapatan ekonomi warga
meningkat, ”katanya. Menurut dia, layana adalah Kampung Berseri Astra ke 53 di
Indonesia dan merupakan satu-satunya di Sulawesi Tengah. Dia berharap, dengan
Kmapung Berseri Astra, warga tidak perlu lagi repot-repot mencari donatur untuk
pengembangan kampunnya, karena Astra sudah masuk. “Tinggal dicari mana program
utama dan prioritasnya. Selama lima tahun, Kampung Berseri Astra ini akan kami
dampingi sehingga menjadi kampung yang mandiri, “tuturnya.
Sementara itu, Wali Kota Palu Hidayat
mengapresiasi program PT Astra International Tbk pencanangan Layana Indah
sebagai salah satu Kampung Berseri Astra di Indonesia. Dia berharap melalui
program ini, masyarakat dan perusahaan dapat berkolaborasi untuk bersama
mewujudkan wilayah yang bersih, sehat, cerdas, dan produktif. Berkaitan dengan
program tersebut, sangat tepatlah dilaksanakan kgiatan program Kampung Berseri
Astra dengan pemilihan Kelurahan Layana Indah Sebagai Pengembangan utama karena
masuk dalam salah satu indikator pilar CSR yaitu bidang kesehatan. Dimana kata
dia, pada 26 April 2017 telah dicanangkan kampung KB tingkat Kota Palu di
Kelurahan Layana Indah. Untuk Jangka Panjang kata Walikota, akan menjadi
agrowisata di Kota Palu dengan rencana kegiatan yang akan dilakukan tahun ini.
Olehnya lanjut Hidayat, kerjasama yang baik tetapakan dijalin dan dibangun
sinergitas program antara Pemerintah Kota Palu bersama PT Astra International
Tbk di Palu. “Sehingga kebrehasilan yang diharapkan kedepan dapat diwujudkan di
Kota Teluk yang kita cintai ini” kata Wali Kota Hidayat. Selain Wali Kota
Hidayat, acara ini juga dihadiri mantan Wakil Menteri Pendidikan Kabinet Susilo
Bambnag Yudhoyono jilid II Prof Fasli Jalal, para kepala cabang Astra Palu,
Camat Mantikulore Abdul Arief, dan Head Corp Communication PT Astra
International Tbk Yulian Warman.
Komentar
Posting Komentar